PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Umumnya
sebagian limbah tempurung kelapa ini hanya digunakan sebagai bahan bakar
tungku, atau dibakar begitu saja, sehingga dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Padahal tempurung kelapa merupakan biomassa yang belum
termanfaatkan secara optimal dan memiliki nilai kalor yang relatif besar.
Dengan mengubah tempurung kelapa menjadi briket, maka akan meningkatkan nilai
ekonomis bahan tersebut, serta mengurangi pencemaran lingkungan.
Bahan
bakar adalah istilah populer media untuk meyalakan api. Bahan bakar dapat
bersifat alami (ditemukan langsung dari alam), tetapi juga bersifat buatan
(diolah dengan teknologi maju). Bahan bakar alami misalnya kayu akar, batubara
dan minyak bumi. Bahan bakar buatan misalnya gas alam cair dan listrik.
Konsumsi energi bagi manusia merupakan suatu masalah besar di mana sumber
energi banyak digunakan seperti minyak bumi dan batubara yang cadang- annya
makin menipis. Oleh karena itu, penghematan konsumsi energi bagi umat manusia
perlu ditanggulangi guna penyelamatan kebutuhn hidup di masa datang. Hal ini
bisa terjadi terutama di negara-negara berkembang. (ZA Fakih,2013)
Biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan bakar
makin lama makin mahal. Maka tingginya teknologi yang digunakan untuk mengelola
bahan bakar, maka makin mahal harganya. Demikian pula, makin langka bahan baku
yang dipakai untuk mengahasilkan bahan bakar, maka harganya semakin mahal.
Akibat langsung jika menggunakan bahan bakar semacam ini adalah biaya hidup
tinggi sehingga tidak banyak orang yang mampu memanfaatkanya.
Oleh karena itu, pemanfaaatan briket dari arang
tempurung kelapa akan menghemat penggunaan bahan bakar di masyarakat. Sejalan
dengan perkembangan IPTEK, maka tempurung kelapa tersebut diolah menjadi sebuah
briket. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari tempurung
kelapa. Selain itu, briket dari tempurung kelapa merupakan terobosan baru yang
memiliki prospek yang lebih baik ditengah mahalnya gas dan kelangkaan BBM saat
ini. Oleh sebab itu penulis mengambil tema optimalisasi sumber daya alam untuk
mewujudkan generasi muda yang cerdas dan kompetitif dengan judul “ Briket
Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Bakar
Alternatif“.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Bagaiman
proses pembuatan briket dari arang tempurung kelapa ?
1.2.2 Apakah briket dari arang tempurung kelapa dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.3.1 Untuk
mengetahui proses pembutan briket tempurung kelapa sebagai salah satu upaya
pemanfaatan tempurung kelapa yang banyak terdapat di kecamatan Tayu.
1.3.2 Untuk
mengetahui apakah briket tempurung kelapa dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif bagi masyarakat.
1.4
Manfaat
Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1.4.1 Dengan
adanya pembuatan briket tempurung kelapa diharapkan dapat menghemat penggunaan bahan bakar di wilayah Tayu.
1.4.2 Dengan
adanya pembuatan briket tempurung kelapa diharapkan dapat menghasilkan bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan.
1.4.3 Dengan
adanya pembuatan briket tempurung kelapa di harapkan dapat mengurangi limbah
tempurung kelapa di kecamatan Tayu.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Deskripsi Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu
jenis
tumbuhan
dari suku aren-arenan atau Arecaceae
dan adalah anggota tunggal dalam marga
Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga
dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir.
Kelapa juga adalah sebutan untuk buah
yang dihasilkan tumbuhan ini. (DY Nasution,2015)
Selain itu pohon
ini memiliki ciri - ciri batang
tunggal, beruas – ruas, tebal, dan berkayu, berakar
serabut yang berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai,
daun tersusun secara majemuk, menyirip sejajar tunggal, tersusun pada batang,
warna daun hijau kekuningan, bunga
tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea, terdapat bunga
jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan,
sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal, buah
besar dengan diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning,
hijau, atau cokelat, buah tersusun dari mesokarp
berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp
yang keras (disebut batok)
dan kedap air, endokarp melindungi biji
yang hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp. Endospermium
berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fasa padatannya mengendap pada
dinding endokarp ketika buah telah tua, embrio kecil dan baru membesar ketika
buah siap untuk berkecambah (disebut kentos), dan pohonnya mencapai ketinggian
30 m. (Cahya, 2015).
Tanaman ini dapat tumbuh baik di
daerah pantai maupun daerah beriklim tropis. Kelapa dikatakan sebagai pohon
yang serbaguna, karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan, mulai dari
ujung atas hingga akarnya. Akar kelapa menginspirasi penemuan teknologi
penyangga bangunan Cakar Ayam
(dipakai misalnya pada Bandar
Udara Soekarno Hatta) oleh Sedyatmo,
batangnya, yang disebut glugu dipakai orang sebagai kayu dengan mutu menengah,
dan dapat dipakai sebagai papan untuk rumah.(Muhammad Harits,2011)
Daunnya
dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda kelapa, disebut
janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan ketupat
atau berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik. Cairan manis yang keluar dari
tangkai bunga, disebut (air) nira atau legèn (bhs.Jawa), dapat diminum sebagai
penyegar atau difermentasi menjadi tuak.(Husmilawati,2014)
Buah
kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut,
bagian mesokarp
yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi jok
kursi, anyaman tali, keset,
serta media tanam
bagi anggrek.
Tempurung atau batok, yang sebetulnya adalah bagian endokarp,
dipakai sebagai bahan bakar, pengganti gayung,
wadah minuman, dan bahan baku berbagai bentuk kerajinan tangan.(YM
Sukarlan,2014)
Endosperma
buah kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang melekat di dinding dalam
batok (daging buah kelapa) adalah sumber penyegar populer. Daging buah muda
berwarna putih dan lunak serta biasa disajikan sebagai es kelapa muda atau es
degan. Cairan ini mengandung beraneka enzim dan memilki khasiat penetral racun
dan efek penyegar/penenang. Beberapa kelapa bermutasi sehingga endapannya tidak
melekat pada dinding batok melainkan tercampur dengan cairan endosperma. Mutasi
ini disebut (kelapa) kopyor.
Daging buah tua kelapa berwarna putih dan mengeras. Sarinya diperas dan
cairannya dinamakan santan.
Daging buah tua ini juga dapat diambil dan dikeringkan serta menjadi komoditi
perdagangan bernilai, disebut kopra.
Kopra adalah bahan baku pembuatan minyak
kelapa dan turunannya. Cairan buah tua kelapa biasanya
tidak menjadi bahan minuman penyegar dan merupakan limbah industri kopra. Namun
demikian dapat dimanfaatkan lagi untuk dibuat menjadi bahan semacam jelly yang
disebut nata de coco dan merupakan bahan
campuran minuman penyegar. Daging kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai
penambah aroma pada daging serta dapat dimanfaatkan sebagai obat rambut yang rontok
dan mudah patah.(R Shihombing,2016)
2.2 Klasifikasi Kelapa
Menurut
Amin Tabin (2010) bahwa kelapa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Berdasarkan
kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya kelapa termasuk
tumbuhan jenis pinang-pinangan atau palem yang memiliki akar serabut, dan buah
tunggal atau monokotil. (Muhammad Harits,2011)
2.3 Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa memiliki sifat
difusi termal yang baik dibandingkan dengan bahan lain seperti kayu sehingga
menjadikannya memiliki peluang besar sebagai bahan bakar pengganti. Kualitas
tempurung kelapa yang baik adalah yang tua dan kering (selain tentunya bersih
dari pengotor). Karena itu dilakukan proses pengeringan (penjemuran).
(Budi,2012)
Indikasi tempurung kelapa tua
ditunjukan oleh warna tempurung (penampang) itu sendiri. Tempurung kelapa yang
tua ditunjukan oleh warna penampang tempurung yang gelap kecoklatan dan berubah
menjadi berwarna kehitaman setelah dikeringkan. Warna gelap mengindikasikan
sedikitnya kandungan bahan pencampur (moisture) didalam bahan tempurung.
(Budi,2012)
Sifat termal briket arang tempurung
kelapa berhubungan erat dengan jumlah pori dan ukuran partikelnya. Dengan
demikian parameter proses pembentukan seperti suhu pada proses pirolisis,
tekanan (pada proses pemadatan) dan pembentukan serbuk pada proses penggilingan
sangat menentukan distribusi pori-pori dan kerapatannya. Proses pirolisis yang
efektif memerlukan penggunaan suhu yang rendah dengan waktu proses yang singkat
sebab semakin tinggi suhu dan jangka waktu pirolisis akan menghasilkan lebih
sedikit arang. Pecahan tempurung kelapa yang berukuran cukup besar akan
membutuhkan waktu proses yang lebih pendek dibandingkan pecahan yang berukuran
kecil. (Budi,2012)
Proses pemadatan secara mekanik
dilakukan untuk meningkatkan kerapatan (densitas) dan kekuatan ikatan antar
partikel serbuk arang. Kekuatan ikatan ini diberikan oleh gaya ikatan Van der
Waals dan elektrostatik. Namun demikian kekuatan ikatan ini bergantung pada
besar tekanan yang dapat diberikan pada proses pemadatan karena itu umumnya
bahan serbuk arang dicampur dengan bahan perekat guna meningkatan kekuatan
ikatan. Penggunaan bahan pengikat itu sendiri bergantung pada ukuran partikel
serbuk, tekanan dan suhu pemadatan. Butiran serbuk yang sangat halus serta suhu
dan tekanan yang tinggi dapat membentuk briket tanpa memerlukan bahan pengikat.
Umumnya proses pemadatan bergantung pada sifat-sifat partikel seperti
kekentalan (viskositas), adesi, kohesi ukuran partikel serbuk dan
distribusinya, tegangan permukaan dan kekerasan. (Budi,2012)
(Gambar.1
Tempurung Kelapa)
Bahan yang memiliki kekentalan
tinggi seperti tar atau tepung kanji dalam fase cair baik jika digunakan
sebagai bahan perekat. Saat bahan perekat dicampur dengan serbuk, maka parti
kel-partikel serbuk akan tarik menarik satu sama lain akibat adanya gaya adesi
dan kohesi. Gaya adesi terjadi pada daerah antarmuka partikel-partikel
sedangkan gaya kohesi hadir diantara partikel-partikel. Molekul air (H2O)
digunakan sebagai pelarut bahan perekat dan akan membentuk suatu lapisan tipis
pada permukaan partikel yang akan meningkatkan kontak permukaan diantara
partikel-partikel. Namun demikian penambahan pelarut akan meningkatkan bahan
pencampur (moisture) didalam serbuk. Kandungan bahan pencampur diatas 10% akan
menyebabkan sifat rapuh dan mudah retak pada produk akhir (briket). Secara
umum, kandungan bahan pencampur dalam serbuk sebesar 8 - 10% akan menyisakan
bahan pencampur tersebut tetap ada pada produk akhir sebesar 6-8%. Karena itu
penentuan nisbah (rasio) antara bahan perekat, air dan serbuk adalah penting
yang akan memberikan pengaruh menonjol terutama pada jangka hayat dan jumlah
kalor (sifat termal) dari briket. (Budi,2012)
Untuk mengurangi atau menghilangkan
kandungan bahan pencampur dan bahan mudah uap, maka briket hasil fabrikasi
harus dikeringkan. Proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari dapat
menghilangkan kandungan bahan pencampur sisa didalam pori-pori. Kehadiran
pori-pori didalam briket satu sisi berpengaruh terhadap penurunan kerapatan
namun disisi lain mampu meningkatkan meningkatkan sifat difusi termal.
(Budi,2012)
2.4 Energi Alternatif
Energi alternatif adalah istilah
yang merujuk kepada semua energi
yang dapat digunakan dan bertujuan untuk menggantikan bahan
bakar konvensional tanpa akibat yang tidak diharapkan
dari hal tersebut. Umumnya, istilah ini digunakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar hidrokarbon
yang mengakibatkan kerusakan lingkungan
akibat emisi karbon dioksida
yang tinggi, yang berkontribusi besar terhadap pemanasan
global berdasarkan Intergovernmental Panel
on Climate Change. Selama beberapa tahun, apa yang
sebenarnya dimaksud sebagai energi alternatif telah berubah akibat banyaknya
pilihan energi yang dapat dipilih dengan tujuan yang berbeda dalam
penggunaannya. Istilah "alternatif" merujuk kepada suatu tekhnologi
selain tekhnologi yang digunakan pada bahan
bakar fosil untuk menghasilkan energi. Tekhnologi
alternatif yang digunakan untuk menghasilkan energi dengan mengatasi masalah
dan tidak menghasilkan masalah seperti penggunaan bahan bakar fosil. Oxford
Dictionary mendefinisikan energi alternatif sebagai energi yang digunakan untuk
menghentikan penggunaan sumber
daya alam atau perusakan lingkungan. Dalam sejarahnya,
transisi penggunaan energi alternatif berdasarkan faktor ekonomi,
hadirnya suatu sumber energi baru bertujuan untuk menggantikan sumber energi
yang semakin lama semakin langka, dan mahal ( tidak ekonomis ). Salah satu
energi alternatif adalah briket. (Ibrarian,2011)
2.5
Briket
(Muhammad Harits,2011) menyatakan
Briket adalah sumber energi alternatif pengganti minyak tanah dan elpiji dari
bahan-bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai. Dengan penggunaan
briket sebagai bahan bakar, maka kita dapat memanfaatkan limbah produksi yang
mudah didapat. Selain itu, penggunaan briket dapat menghemat pengeluaran biaya
untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan limbah produksi
sebagai bahan pembuatan briket maka akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil
produksi sekaligus mengurangi resiko pertumbuhan sarang penyakit, karena selama
ini yang ada hanya dibiarkan begitu saja. Briket yang dikenal sekarang ini
adalah briket batu bara, namun batu bara merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui sehingga lama – kelamaan akan habis. Sehingga sekarang ini
mulai dikembangkan briket dari bahan baku lain yang dapat diperbaharui antara
lain :
a. Briket
dari batok kelapa.
b. Briket
dari serbuk gergaji dan
c. Briket
dari sampah organik berupa daun kering.
Seperti yang telah diuraikan
diatas, briket dapat dibuat dari limbah produksi, salah satu limbah produksi
yang banyak terdapat di wilayah Kecamatan Tayu adalah batok kelapa.
BAB
III
METODOLOGI
PENULISAN
3.1
Teknik
Pengumpulan Data
3.3.1 Kajian
Pustaka
Studi pustaka merupakan metode
pengumpulan data dari media cetak dan elektronik yang berupa buku, jurnal serta
artikel-artikel dari internet.
3.3.2 Ekperimen
Metode eksperimen adalah suatu
tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan
suatu produk yang dapat dinikmati masyarakat secara aman dan dalam pembelajaran
melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil
percobaan itu.
3.2
Tekhnik
Analisin Data
Teknik
analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian
yang diperoleh dari hasil angket serta melakukan sebuah eksperimen untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian. Kemudian
hasilnya akan diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan landasan teori yang
telah ditetapkan. Setelah itu akan ditarik kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Pembuatan Briket Tempurung
Kelapa
Berdasarkan
eksperimen yang telah dilakukan, membuktikan bahwa limbah es sari tebu dapat
dibuat menjadi bahan bakar alternatit yang ramah lingkungan yaitu briket
biomassa.
Proses pembuatan briket biomassa
dengan menggunakan limbah es sari tebu melalui beberapa tahap yaitu:
1. Tahap
persiapan
Tahap
persiapan adalah tahap dimana kami menyiapkan alat dan bahan yang akan kami gunakan
dalam proses pembuatan briket ampas sari tebu.
Adapaun
alat adan bahan yang kita gunakan adalah sebagai berikut:
a.
Alat
Alat-alat yang
kami gunakan dalam proses pembuatan briket tempurung kelapa adalah sebagai
berikut :
1. Ayakan
2. Mangkuk
untuk mencapur perekat dan serbuk
3. Sendok
4. Alat
penggilingan
5.
Korek api
b.
Bahan-bahan yang kami butuhkan dalam
proses pembuatan briket tempurung kelapa adalah sebagai berikut :
1.
Tempurung kelapa
2.
Tepung tapioka
3.
Air
2. Tahap
pembuatan
Tahap pembuatan adalah tahap dimana
kami memproses tempurung kelapa menjadi briket. Proses pembuatan briket
tempurung kelapa melalui beberapa langkah sebagai berikut:
a. Membakar
tempurung kelapa hingga menjadi arang selama 50 menit lalu diamkan beberapa
saat.
b. Menumbuk
arang tempurung kelapa tersebut hingga halus.
c. Kemudian
mengayak menggunakan ayakan.
c. Memanaskan
air hingga mendidih.
d. Mencampur
tepung tapioka dengan air.
e. Memasukkan
tepung tapioka yang telah dicampur dengan air ke dalam air mendidih.
f. Kemudian
diaduk dengan sendok hingga menjadi lem/perekat.
g. Mencapurkan
arang tempurung kelapa yang telah dihaluskan dengan perekat dengan (1:5).
h. Mengaduk
hingga campurannya menjadi adonan yangn homogen.
i.
Membuat adonan menjadi bulatan-bulatan
kecil.
3. Tahap
Pengeringan
Tahap pengeringan adalah tahap
dimana kami mengeringkan adonan yang telah kami cetak dibawah sinah matahari
sebelum kami gunakan sebgai bahan bakar alternatif.
4.2 Keuntungan
dan Kelemahan Briket
Bahan
bakar briket arang cocok digunakan oleh pedagang atau pengusaha yang memerlukan
pembakaran terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Briket
pemakaiannya dengan menggunakan tungku/ kompor sekam, keuntungan-keuntungan
briket menurut antara lain, biayanya lebih murah dibandingkan dengan minyak
atau arang kayu, briket arang memiliki masa bakar yang jauh lebih lama,
penggunaan briket relatif lebih aman, briket mudah disimpan dan
dipindah-pindahkan, tidak perlu berkali-kali mengipasi atau menambah dengan
bahan bakar yang baru. Kelemahan briket adalah walaupun panas sekali, tetapi
pijar api tidak mudah terlihat serta tidak dapat dimatikan dengan cepat. (JF
Gultom,2011)
BAB
V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Limbah
tempurung kelapa dapat diolah menjadi briket dengan cara membakar tempurung
kelapa, menghaluskan arang tempurung kelapa, mencampur arang tempurung kelapa
dengan perekat, mencetak briket serta mengeringkan Briket Arang Tempurung
Kelapa
5.1.2 Dari
hasil percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa briket batok
kelapa dapat dijadikan bahann bakar alternatif.
5.2 Saran
Dari penulisan karya tulis ini, saran yang dapat
penulis sampaikan adalah :
5.2..1 Perlu diterapkan penggunaan bahan
bakar untuk memasak yang ramah lingkungan untuk menghindari kerusakan
lingkungan yang lebih parah dan ancaman global warming yang berkelanjutan.
5.2..2 Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk menghasilkan briket arang tempurung kelapa yang lebih berkualitas.
Selain itu,untuk mengetahui manfaat lain dari limbah tempurung kelapa dan
limbah lainnya agar kita dapat memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan kita.
Sehingga kita dapat mengurangi ketergantungan dengan minyak tanah maupun gas.
DAFTAR
PUSTAKA
Fakih,
ZA. 2013. Chapter II.pdf USU
Institutional Repository Universitas Sumatera.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53748/4/Chapter%20II.pdf, (diakses 22
Januari 2017)
Naution,
DY. 2015. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batang
Kelapa. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46590/4/Chapter%20II.pdf, (diakses 22
Januari 2017)
Cahya.
2015. Makalah
Budi Daya Tanaman Kelapa. http://cahya241995.blogspot.co.id/2015_10_01_archive.html, (diakses 22 Januari 2017)
Harist, Muhammad. 2011. Briket
Sabut Kelapa Sebagai Alternatif Bahan Bakar. www.academia.edu/4274304/briket_sabut_kelapa_sebagai_alternatif_bahan_bakar,
(diakses pada tanggal 22 Januari 2017)
Husmilawati.
2014. Filosofi Pohon Kelapa. http://husmilawati.blogspot.co.id/2014/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_30.html, (diiakses pada
tanggal 22 Januari 2017)
Sukarlan,
YM. 2014. BAB II. Pdf. http://digilib.unila.ac.id/2061/8/BAB%20II.pdf, (diakses pada
tanggal 22 Januari 2017)
Shihombing,
R. 2016. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Morfologi Tumbuhan Kelapa. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/57521/4/Chapter%20II.pdf, (diakses pada tanggal 22 Januari
2017)
Budi. 2012. Tinjauan Proses
Pembentukan dan Penggunaan Arang Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Bakar. Jurnal Penelitian sains Volume 14 Nomer 4(B) 14406. Oktober 2011.
Jakarta
Ibrarian. 2011. Dasar Teknologi Hijau. http://ibrarian.net/navon/paper/DASAR_TEKNOLOGI_HIJAU.pdf?paperid=19631482, (diakses pada tanggal 22 Januari
2017)
Gultom,
JF. 2011. Chapter II. Pdf. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25042/4/Chapter%20II.pdf, (diakses pada
tanggal 22 Januari 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar