PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU(Phaseolus radiatus L.)
*)
PENDRA
*)
Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang
ABSTRAK
Penelitian berjudul “Pengaruh Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)”, penelitian
telah dilaksanakan pada lahan kering di Nagari Air Bangis Kecamatan Sungai
Beremas Kabupaten Pasaman Barat yang dimulai pada bulan Juli sampai Oktober 2013.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan pupuk organik cair
terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang hijau, baik
interaksinya maupun faktor tunggalnya. Perlakuan terdiri dari 2 faktor, yaitu
varietas dan pupuk organik cair. Faktor pertama yaitu varietas dengan 3 taraf,
yaitu Sampeong, Sriti dan Vima-1, Faktor kedua yaitu pupuk organik cair dengan
3 taraf, yaitu tanpa pemberian pupuk organik cair, pupuk organik cair sampah
buah-buahan, dan pupuk organik cair merek Nasa, sehingga terdapat 9 kombinasi
perlakuan. Selanjutnya kombinasi perlakuan ditempatkan pada Rancangan Acak
Kelompok dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 27 satuan percobaan berupa plot.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan uju DMRT pada taraf nyata
5%. Analisis data menggunakan soft ware statistik 8. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan,
pupuk organik cair sampah buah dan pupuk organik cair Nasa keduanya memberikan
pengaruh yang sama baiknya terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Untuk meningkatkan
produksi kacang hijau dapat digunakan varietas Vima-1 atau Sriti menggunakan
pupuk organik cair sampah buah atau Nasa.
Kata
Kunci: Pupuk Organik Cair, Varietas Kacang Hijau
PENDAHULUAN
Kacang hijau merupakan
salah satu komoditi pangan yang penting
menempati urutan ketiga, setelah kedelai dan kacang tanah. Penggunaan
kacang hijau sangat beragam, dari olahan sederhana hingga bahan industri. Produk terbesar hasil
olahan kacang hijau di pasar berupa makanan bayi, industri minuman, kue, bahan
campuran soun dan tepung hunkue.kacang hijau memiliki kandungan
karbohidrat 62,90 g, protein 22,00 g, lemak 1,20 g, juga
mengandung Vitamin A 157, Vitamin B1 0,64 g, Vitamin C 6,00 g dan mineral Ca,
P, Fe serta mengandung 345 kalori (Scan, 2012).
Kebutuhan kacang hijau
mengalami peningkatan dengan kebutuhan
330.000 ton setiap tahun, hal ini disebabkan produksi yang dicapai tidak
diikuti peningkatan luas panen, sehingga kekurangan kebutuhan tersebut dipenuhi
dengan cara mengimpor dari beberapa penghasil kacang hijau, seperti India, Filipina dan Thailand. Impor kacang hijau dari tahun 2002
sampai tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 16,53%, sedangkan produksi kacang hijau
mengalami peningkatan hanya 1,11% (Supeno dan Sujudi, 2002).
Kacang hijau masih tergolong rendah
produktivitasnya yaitu 11,65 ku/ha. Produktivitas yang rendah dan
areal yang semakin berkurang dibutuhkan
upaya baik melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi
dapat dilakukan dengan
perbaikan varietas unggul dan pemupukan dan ekstensifikasi
dilakukan melalui
perluasan areal tanam. Kacang
hijau dikembangkan pada
lahan marginal yang memiliki kesuburan rendah yang membutuhkan perbaikan
diantaranya pemberian pupuk.Pemberian
pupuk diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Salah satu
pupuk yang dapat digunakan dalam
memperbaiki kesuburan tanah adalah pupuk organik cair.
Pupuk organik
cair dapat dibuat dari bebagai sisa buah-buahan dan tanaman. Buah-buahan
atau sisa tanaman lain yang terdapat disekitar lingkungan yang selama ini masih
sering dianggap sampah, merupakan sumber hara yang potensial bagi tanaman dan
juga berfungsi dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Salah satu cara yang dapat
dilakukan ialah dengan mengolahnya menjadi pupuk organik cair (Hakim, Wijaya, Sudirja, 2006).
Pupuk
organik cair yang berasal dari sampah
buah-buahan
memiliki kandungan unsur makro yang meliputi N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan
unsur hara mikro meliputi Fe, Mn, Cu, dan Zn, sehingga baik untuk digunakan
sebagai unsur hara bagi tanaman, dan dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi
tanah (Hardjowigeno, 2003).
Selain pupuk
organik asal sampah buah-buahan, banyak diperdagangkan pupuk organik
cair yang siap diaplikasikan ke tanaman, salah satunya adalah Nasa.
Pupuk organik cair Nasa
adalah salah satu jenis pupuk yang bisa diberikan ke daun dan tanah, mengandung
unsur hara makro, mikro, vitamin, mineral, asam-asam organik, dan zat pengatur
tumbuh Auksin, Giberilin, dan sitokinin.Kandungan unsur hara pupuk organik cair
NASA adalah N 0,12%, P2O5 0,03%, K 0,31%, Ca 60,4 ppm, Mn 2,46 ppm, Fe 12,89
ppm, Cu 0,03 ppm, sehingga berpeluang
untuk digunakan sebagai unsur hara bagi tanaman yang mampu memperbaiki struktur
tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman
(Anonim,
2005).
Berdasarkan uraian diatas telah dilakukan percobaan yang berjudul “Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) ”.
Percobaan bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh beberapa jenis pupuk organik cair
terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang hijau, untuk mendapatkan jenis pupuk organik cair
terbaik bagi pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang hijau dan untuk mendapatkan varietas kacang hijau terbaik yang mampu memberikan pertumbuhan
dan hasil beberapa varietas kacang hijau.
BAHAN DAN
METODE
Percobaan dilaksanakan pada lahan kering di Kenagarian
Air Bangis, Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat. Percobaan
dilaksanakan dari bulan
Juli sampai Oktober2013.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih kacang hijau
varietas Sampeong, varietas Sriti, dan varietas Vima-1 berasal dari BPTP Sukarami (Deskripsi pada Lampiran 2), pupuk organik cair
(pupuk organik cair sampah buah, dan pupuk organik cair Nasa), Urea, SP36,
dan KCl,
Decis 2,5 EC, Benlate, dan Air. Peralatan yang digunakan
adalah cangkul, sabit, sprayer, meteran, alat tulis, tali rafia, tugal, alat hitung,
timbangan, ajir, dan label pengamatan.
Percobaan menggunakan
percobaan lapangan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara faktorial. Faktor pertama adalah
varietas kacang hijau (K) yang terdiri
dari K1= Varietas Sampeong, K2 =
Varietas Sriti, dan K3 = Varietas Vima-1. Faktor kedua adalah
pupuk organik cair (C) yang terdiri dari
C1= kontrol, C2= Pupuk organik cair sampah buah, dan
C3= Pupuk organik cair Nasa. Dari dua faktor diatas didapat
kombinasi 3x3 = 9 dan diulang tiga kali (3) sehingga didapat 27 plot percobaan,
setiap plot percobaan terdapat 24
tanaman dan dari setiap plot terdapat 4
tanaman sampel. Penempatan plot percobaan disajikan pada Lampiran 4.
Data pengamatan ratakan dan dianalisis secara statistika dengan uji
F, jika F hitung perlakuan lebih besar dari F
tabel pada taraf 5% dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf 5% yang disajikan dalam bentuk tabel.
Pelaksanaan Percobaan
Lahan yang digunakan sebagai
lahan percobaan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang ada.
Pembersihan lahan dilakukan secara manual, dengan menggunakan cangkul dan
parang. Selanjutnya pengolahan tanah yaitu menggemburkan dan meratakan tanah
dengan cangkul. Selanjutnya dibuat Plot ukuran 180 cm x
160 cm sebanyak 27 plot dengan jarak dalam kelompok 30 cm dan antar kelompok 50
cm. Pembuatan pupuk organik cair dicampur dengan sampah buah-buahan.
Pupuk dasar diberikan bersamaan pada waktu tanam setengah dari dosis rekomendasi yaitu Urea 50 kg/ha atau setara dengan 10g/plot, SP36 50kg/ha
atau setara dengan 10 g/plot, dan KCl 50kg/ha atau setara dengan 10g/plot. Pupuk diberikan dengan cara ditabur secara
merata pada setiap plot.
Benih yang ditanam terlebih
dahulu direndam selama 3 jam. Benih ditanam secara ditugal
sedalam 2 cm dengan 2 benih per lubang dengan jarak tanam 40 x 30 cm.
Label
dipasang pada setiap plot sesuai perlakuan sebelum pemberian perlakuan, dan ajir dipasang setelah tanam disamping tanaman
sampel yang berguna sebagai dasar pengukuran tinggi tanaman. Tinggi ajir disisi
tanaman sampel adalah 10 cm dari permukaan tanah.
Penyemprotan dilakukan pada pagi hari. Pupuk organik cair diberikan 1
minggu setelah tanam dengan cara disemprot
ke seluruh batang dan daun sampai basah
dengan
dosis 10
cc/l/plot. Pupuk organik
cair diberikan dengan interval waktu 1 minggu sampai tanaman berumur 8 minggu.
Pemeliharaan dilakukan
meliputi penyiraman, penyisipan, penjarangan,
penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman tanaman dilakukan 2 kali seminggu yang bertujuan untuk menyediakan air
bagi tanaman yang berguna untuk proses pertumbuhan dan penyerapan hara berjalan
dengan baik. Penyisipan dilakukan apabila benih yang ditanam ada
yang tidak tumbuh. Sedangkan waktu penyisipan dilakukan 1 minggu setelah
penanaman. Penjarangan
dilakukan dua minggu setelah tanam, untuk kacang hijau dengan cara meninggalkan
satu tanaman yang relatif
baik melalui populasi yang ada. Penyiangan dilakukan 1 kali seminggu, tergantung kondisi gulma
yang ada di area tanaman. Penyiangan dilakukan secara manual menggunakan
parang. Pengendalian
serangan hama dan penyakit
yaitu
dengan menyemprotkan
insektisida Decis dengan
dosis 1,5 ml per liter air dan fungisida Benlate dengan dosis 0,4 g per liter
air secara merata.
Panen dilakukan dengan kriteria masak 90% pada setiap plot yaitu daun tanaman menguning dan rontok,
polong berwarna kuning sampai cokelat dan apabila di tekan sudah keras, batang
telah menguning dan berwarna kecoklatan. Panen dilakukan secara manual pada seluruh tanaman. Panen dilakukan secara bertahap
sesuai polong yang matang.
Parameter
yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah bintil akar
efektif, saat muncul bunga pertama, jumlah polong per tanaman, jumlah polong
bernas pertanaman, bobot 1000 biji kering, bobot biji kering per tanaman, bobot
biji kering per plot/hektar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Tabel 1 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair
terhadap varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pemberian pupuk
organik cair Nasa menghasilkan tinggi
tanaman yang tertinggi yaitu
35,67
cm, lebih tinggi dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buah-buahan dan
kontrol masing-masingnya adalah
34,90 cm dan 32,75 cm. Hal ini disebabkan dalam pupuk organik cair Nasa, mengandung hara N, P dan K yang
tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang bagi tanaman, sehingga pemberian
pupuk dapat meningkat pertumbuhan tanaman. Syafruddin,
Nurhayati, dan Wati(2012), menyatakan bahwa, untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman
membutuhkan hara N, P dan K yang merupakan unsur hara esensial di mana unsur
hara ini sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman secara umum pada fase
vegetatif.
Varietas yang berbeda juga
menghasilkan tinggi tanaman yang berbeda, varietas Sampeong yaitu 37.78 cm, lebih tinggi dari yang
dihasilkan varietas Sriti dan Vima-1, yaitu dengan masing-masing 31.98 cm dan 33.56 cm. Hal ini diduga oleh faktor genetik
masing-masing varietas itu sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Lingga
(2003), bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan kondisi
lingkungan tumbuh tanaman.
Tabel 1. Tinggi tanaman kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair sampah buah-buahan dan pupuk
organik Nasa pada umur 9 MST.
Varietas
|
|
Pupuk Organik Cair
|
|
Rata-Rata
|
Kontrol Sampah Buah Nasa
|
|
|
..............cm..............
|
|
|
Sampeong
|
35.82
|
38.13
|
39.40
|
37.78a
|
Sriti
|
30.71
|
32.28
|
32.96
|
31.98c
|
Vima-1
|
31.74
|
34.30
|
34.65
|
33.56b
|
Rata-Rata
|
32.75 C
|
34.90 B
|
35.67 A
|
|
KK
|
1.36 %
|
|
|
|
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka
selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada
taraf 5%.
Jumlah
Cabang Primer
Tabel 2. Jumlah cabang primer kacang hijau dengan pemberian pupuk
organik cair sampah buah
buahan dan pupuk
organik Nasa.
Varietas
|
|
Pupuk Organik Cair
|
|
Rata-Rata
|
Kontrol Sampah Buah Nasa
|
|
|
............buah.............
|
|
|
Sampeong
|
7.00
|
7.83
|
8.17
|
7.66 a
|
Sriti
|
6.42
|
6.75
|
6.92
|
6.69 b
|
Vima-1
|
6.33
|
6.92
|
7.25
|
6.83 b
|
Rata-Rata
|
6.58 C
|
7.16 B
|
7.44 A
|
|
KK
|
2.72 %
|
|
|
|
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka
selajur dengan huruf kecil sama berbeda
tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
Tabel 2
menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair
terhadap varietas kacang
hijau berpengaruh
nyata terhadap jumlah
cabang primer. Pemberian
pupuk organik cair Nasa menghasilkan jumlah cabang primer terbanyak yaitu 7,44 cabang primer,
lebih banyak dari hasil pemberian
pupuk organik cair sampah buah
yaitu
7,16 cabang primer dan dari hasil kontrol yaitu 6,58 cabang primer. Hal ini
disebabkan pupuk organik cair Nasa mampu menyediakan ketersedian unsur hara
yang cukup bagi tanaman. Syafruddin, Nurhayati, dn Wati (2012), menyatakan bahwa, ketersediaan hara yang cukup dan seimbang akan
mempengaruhi proses metabolisme pada jaringan tanaman. Proses metabolisme
merupakan pembentukan dan perombakan unsur hara dan senyawa organik dalam
tanaman. Kekurangan unsur hara tertentu dalam tanaman dapat berakibat buruk dan
bila terlalu berlebihan dapat merusak pertumbuhan tanaman.
Varietas yang berbeda menghasilkan jumlah cabang primer yang berbeda, varietas Sampeong yaitu 7,66 buah cabang primer, lebih banyak dari yang
dihasilkan varietas Sriti dan Vima-1 yaitu dengan masing-masing 6,69 dan 6,83 cabang primer.
Jumlah
Bintil Akar Efektif
Tabel 3
menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair
terhadap varietas kacang
hijau berpengaruh
nyata
terhadap jumlah bintil akar efektif. Pemberian pupuk organik cair Nasa menghasilkan
bintil akar efektif terbanyak dengan rata-rata 7,94 bintil akar efektif, lebih
banyak dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buah dan kontrol yaitu dengan rata-rata 7,66 dan 7,16
bintil akar efektif.Husin (2012), menyatakan bahwa, pupuk organik cair Nasa
dapat merespon pertumbuhan akar, pertumbuhan bakteri dalam tanah dan dapat
mengaktifkan gerakan rhizobium menuju akar untuk membentuk bintil akar dan
fiksasi nitrogen.
Bintil akar efektif yang
dihasilkan beberapa varietas relatif sama, bintil akar efektif
yang dihasilkan varietas Sampeong
yaitu
7,83 bintil akar efektif, sama dengan varietas Sriti dan Vima-1 yaitu 7,41 dan 7,55 bintil akar efektif. Hal ini diduga
karena faktor genetik dan lingkungan.
Tabel 3. Jumlah bintil akar efektif kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair sampah
buah-buahan dan pupuk organik Nasa.
Varietas
|
|
Pupuk Organik Cair
|
|
Rata-Rata
|
Kontrol Sampah Buah Nasa
|
|
|
.............Buah.............
|
|
|
Sampeong
|
7.25
|
8.08
|
8.17
|
7.83
|
Sriti
|
7.17
|
7.33
|
7.75
|
7.41
|
Vima-1
|
7.17
|
7.58
|
7.92
|
7.55
|
Rata-Rata
|
7.19 B
|
7.66 A
|
7.94 A
|
|
KK
|
4.69 %
|
|
|
|
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka
selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada
taraf 5%.
Saat Muncul Bunga Pertama
Tabel 4. Saat muncul bunga pertama kacang hijau dengan pemberian pupuk organik
cair sampah
buah-buahan dan
pupuk organik Nasa.
Varietas
|
|
Pupuk Organik Cair
|
|
Rata-Rata
|
Kontrol Sampah Buah Nasa
|
|
|
.............HST............
|
|
|
Sampeong
|
37.67
|
36.00
|
35.33
|
36.33
|
Sriti
|
37.33
|
36.33
|
35.33
|
36.33
|
Vima-1
|
36.33
|
35.67
|
35.67
|
35.89
|
Rata-Rata
|
37.11 C
|
36.00 B
|
35.44 A
|
|
KK
|
1.68 %
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka
selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%
Tabel
4 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk
organik cair terhadap varietas kacang hijau berpengaruhnyata terhadap saat munculnya bunga
pertama. Pemberian pupuk organik cair
mampu memacu kemunculan bunga pertama. Pemberian pupuk organik cair Nasa
menghasilkan kemunculan bunga tercepat yaitu 35,44 hari setelah tanam, lebih
cepat dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buah yaitu 36,00 hari setelah tanam dan dari
hasil kontrol yaitu 37.11
hari setelah tanam.Hal ini disebabkan pemberian pupuk organik cair Nasa dapat
memacu pertumbuhan tanaman. Supriadi (2013), menyatakan bahwa, unsur hara yang
terkandung pada pupuk organik cair nasa
mampu memacu pertumbuhan tanaman, diantaranya merangsang pembungaan dan
pembuahan serta mengurangi kerontokan bunga dan buah.
Saat munculnya bunga
pertama beberapa varietas relatif sama, Saat munculnya bunga
pertama yang dihasilkan varietas Vima-1 yaitu 35,89 hari setelah tanam, sama dengan varietas Sriti dan
Sampeong yaitu 36,33 dan 36,33 hari setelah tanam. Hal ini diduga oleh faktor genetik
dan faktor lingkungan. Proses terbentuknya bunga sangat didukung oleh faktor
lingkungan dan sifat genetik tanaman itu sendiri. Seperti yang dijelaskan Garner, Pearce dan Mitchell (1991) cit Bertua,
Rianto dan Ardiyaningsih (2012), bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi umur
berbunga pada tanaman, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal adalah suhu, cahaya dan ketersediaan hara, sedangkan secara internal
dipengaruhi leh faktor genetik.
Jumlah Polong Per Tanaman
Tabel 5. Jumlah polong per tanaman kacang hijau dengan pemberian pupuk organik
cair sampah
buah-buahan dan
pupuk organik Nasa.
Varietas
|
|
Pupuk Organik Cair
|
|
Rata-Rata
|
Kontrol Sampah Buah Nasa
|
|
|
............Buah............
|
|
|
Sampeong
|
26.92
|
27.17
|
28.17
|
27.42 a
|
Sriti
|
23.75
|
25.08
|
24.92
|
24.58 c
|
Vima-1
|
25.00
|
25.92
|
26.25
|
25.72 b
|
Rata-Rata
|
25.22 B
|
26.05 A
|
26.44 A
|
|
KK
|
2.28 %
|
|
|
|
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf
kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%
Tabel
5 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik
cair terhadap varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per
tanaman.
Pemberian pupuk organik cair nasa mampu meningkatkan jumlah polong per tanaman.
Pemberian pupuk organik cair Nasa menghasilkan
jumlah polong per tanaman terbanyak yaitu 26,44 buah polong, lebih banyak
dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buah-buahan dan kontrol yaitu 26,05 dan 25,22 polong per
tanaman.Hal ini disebabkan pupuk organik cair Nasa mampu menyediakan
ketersedian unsur hara yang cukup bagi tanaman. Supriadi (2013), menyatakan
bahwa, unsur hara yang terkandung pada pupuk organik cair Nasa mampu memacu pertumbuhan tanaman,
diantaranya merangsang pembungaan dan pembuahan serta mengurangi kerontokan
bunga dan buah.
Masing-masing varietas kacang hijau
menghasilkan jumlah polong per tanaman yang berbeda. Jumlah polong per tanaman
yang dihasilkan varietas Sampeong yaitu 27,42 polong per tanaman, lebih banyak dari yang dihasilkan varietas Sriti dan Vima-1 yaitu24,58 dan 25,72 polong per tanaman.
Jumlah Polong Bernas Per Tanaman
Tabel 6 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik
cair terhadap varietas kacang
hijau berpengaruh nyata terhadap jumlah polong bernas per tanaman. Pemberian pupuk organik cair mampu
meningkatkan jumlah polong bernas. Pemberian pupuk organik cair Nasa
menghasilkan jumlah polong bernas terbanyak
yaitu 22,55
polong bernas per tanaman, lebih banyak dari hasil pemberian pupuk organik cair
sampah buahdan kontrol yaitu 22,28 dan 20,66 polong bernas per tanaman. Hal ini
disebabkan pupuk organik cair Nasa mampu menyediakan ketersedian unsur hara
yang cukup bagi tanaman. Supriadi (2013),
menyatakan bahwa, tanaman akan tumbuh
baik jika unsur hara yang dibutuhkan berada dalam keadaan cukup dan seimbang,
dan tanaman akan tumbuh dengan subur bila semua unsur hara yang diperlukan
tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang siap
diabsorbsi oleh tanaman.
Jumlah polong bernas per tanaman beberapa varietas
kacang hijau relatif sama, Jumlah polong bernas per tanaman
yang dihasilkan varietas Sampeong yaitu 22,86 buah polong bernas per tanaman, lebih banyak yang dihasilkan varietas Sriti dan Vima-1 yaitu 21,08 dan 21,55 buah polong bernas per tanaman.
Tabel 6. Jumlah polong bernas per tanaman kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair
sampah buah-buahan dan pupuk
organik Nasa
Varietas
|
|
Pupuk Organik Cair
|
|
Rata-Rata
|
Kontrol Sampah Buah Nasa
|
|
|
............buah...........
|
|
|
Sampeong
|
21.83
|
23.17
|
23.58
|
22.86
|
Sriti
|
19.75
|
21.50
|
22.00
|
21.08
|
Vima-1
|
20.42
|
22.17
|
22.08
|
21.55
|
Rata-Rata
|
20.66 B
|
22.28 A
|
22.55 A
|
|
KK
|
2.39 %
|
|
|
|
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil
sama berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%
Bobot 1000 Biji Kering
Tabel 7 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair terhadap
varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 biji kering. Pemberian pupuk organik cair mampu
meningkatkan bobot 1000 biji kering. Pemberian pupuk organik cair Nasa
menghasilkan bobot biji kering tertinggi yaitu 50,06 g, lebih tinggi dari hasil
pemberian pupuk organik cair sampah buah dan kontrol masing-masingnya yaitu
49,19 dan 49,13 g. Hal ini dikarenakan pupuk organik cair Nasa mengandung unsur
hara makro dan mikro. Marliah,
Nurhayati, dan Mutia (2010), menyatakan bahwa, pupuk organik cair Nasa
merupakan salah satu pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro
yang berperan penting dalam merangsang pertumbuhan, meningkatkan bobot buah
serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
Masing-masing varietas
kacang hijau menghasilkan bobot 1000 biji kering yang berbeda. Bobot kering 1000 biji yang
dihasilkan varietas Vima-1 dan Sriti (61,26 dan 61,08 g), lebih tinggi dari yang dihasilkan
varietas Sampeong yaitu
26,04 g. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik masing-masing varietas.
Varietas Vima-1 dan Sriti memiliki ukuran biji yang lebih besar dari ukuran
biji varietas Sampeong. Dapat dilihat dari Deskripsi masing-masing varietas
yaitu pada perbedaan 1000 biji kering.
Tabel 7. bobot kering 1000 biji biji kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair
sampah buah-buahan dan pupuk
organik Nasa.
Varietas
|
|
Pupuk Organik Cair
|
|
Rata-Rata
|
Kontrol Sampah Buah Nasa
|
|
|
...............g...............
|
|
|
Sampeong
|
25.73
|
25.60
|
26.80
|
26.04 b
|
Sriti
|
60.73
|
60.87
|
61.63
|
61.08 a
|
Vima-1
|
60.93
|
61.10
|
61.73
|
61.26 a
|
Rata-Rata
|
49.13 B
|
49.19 AB
|
50.06 A
|
|
KK
|
1.40 %
|
|
|
|
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka
selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf5%.
Bobot Biji Kering Per Tanaman
Tabel 8. Bobot biji kering per tanaman beberapa kacang
hijau dengan pemberian pupuk organik
cair sampah buah-buahan dan pupuk organik Nasa.
Varietas
|
|
Pupuk Organik Cair
|
|
Rata-Rata
|
KontrolSampah
Buah Nasa
|
|
|
................g..............
|
|
|
Sampeong
|
8.00
|
8.33
|
8.33
|
8.22 b
|
Sriti
|
16.67
|
17.00
|
17.33
|
17.00 a
|
Vima-1
|
17.00
|
17.33
|
18.00
|
17.26 a
|
Rata-Rata
|
13.89 B
|
14.22 A
|
14.55 A
|
|
KK
|
3.10 %
|
|
|
|
Angka
sebaris diikuti huruf besar sama dan
angka selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada
taraf 5%
Tabel 8
menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair
terhadap varietas kacang
hijau,berpengaruh nyata terhadap bobot biji kering per
tanaman. Pemberian pupuk organik
cair mampu meningkatkan bobot biji per tanaman. Pemberian pupuk organik cair
Nasa menghasilkan bobot biji per tanaman tertinggi yaitu 14,55 g, lebih tinggi dari hasil pemberian
pupuk organik cair sampah buah dan
kontol yaitu 13,89 g 14,22 g. Marliah, Nurhayati, dan Mutia (2010),
menyatakan bahwa, pupuk organik cair Nasa merupakan pupuk organik cair yang
mengandung unsur hara makro dan mikro yag berperan penting dalam merangsang
pertumbuhan, meningkatkan bobot buah serta meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit.
Masing-masing varietas kacang hijau
menghasilkan bobot biji per
tanaman
yang berbeda. Bobot
biji kering per tanaman yang dihasilkan varietas Vima-1 dan Sriti (17,26 dan 17,00 g), lebih tinggi dari yang
dihasilkan varietas Sampeong yaitu 8.22 g. Hal ini disebabkan perbedaan ukuran biji
masing-masing varietas. Varietas Vima-1 dan Sriti memiliki ukuran biji yang
lebih besar dari biji yang dimiliki varietas Sampeng. Dapat dilihat dari
deskripsi masing-masing varietas yaitu pada perbedaan bobot 1000 biji kering.
Bobot Biji Kering Per Plot
Tabel 9. Bobot biji kering per plot kacang hijau dengan pemberian pupuk organik
cair sampah buah-buahan dan pupuk
organik Nasa.
Varietas
|
|
Pupuk Organik Cair
|
|
Kontrol Sampah Buah Nasa
|
|
|
..............g.............
|
|
Sampeong
|
216.10 cB
|
218.03 cB
|
224.00 aA
|
Sriti
|
393.53 bB
|
394.33 bB
429.67 aA
|
411.60 aA
429.80 aA
|
Vima-1
|
396.00 bB
|
KK
|
3.40 %
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Angka sebaris diikuti huruf
besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata
menurut DMRT pada taraf 5%.
Tabel 9
menunjukkan bahwa, pemberian pupuk
organik cair terhadap
varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap bobot biji kering per
plot. Pemberian
pupuk organik cair mampu meningkatkan bobot biji kering per plot. Pemberian
pupuk organik cair Nasa dan sampah buah
pada varietas Vima-1 menghasilkan bobot biji kering per plot tertinggi yaitu
429,80 g dan 429,67 g, lebih tinggi dari hasil kontrol pada varietas Sampeong
menghasilkan bobot biji kering per plot terendah yaitu 216.10 g. Hal
ini disebabkan pupuk organik cair Nasa dan sampah buah mengandung semua jenis
hara makro dan mikro yang lengkap bagi tanaman. Nurahmi, Har, Muliyani (2010)
menyatakan bahwa, pupuk organik cair
Nasa dan sampah buah mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang
berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman serta berperan penting dalam
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
Bobot Biji Kering Per Hektar
Tabel 10 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik
cair terhadap varietas kacang hijau, berpengaruh
nyata terhadap bobot
biji kering per hektar.
Pemberian
pupuk organik cair mampu meningkatkan bobot biji kering per hektar. Pemberian
pupuk organik cair Nasa pada dan sampah buah pada varietas Vima-1 menghasilkan bobot biji kering per hektar
tertinggi yaitu 1491,7 kg dan 1491,3 kg, lebih tinggi dari hasil kontrol pada
varietas Sampeong menghasilkan bobot biji kering per hektar terendah yaitu
750,0 kg. Hal ini dikarenakan pupuk organik cair nasa dan sampah buah
mengandung semua jenis hara makro dan mikro yang lengkap bagi tanaman. Nurahmi,
Har, Mulyani (2010) menyatakan bahwa,
pupuk organik cair Nasa dan sampah buah mengandung unsur hara yang
dibutuhkan tanaman yang berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman serta
berperan penting dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
Tabel 10.
Bobot biji kering per hektar
kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair
sampah buah-buahan dan pupuk organik Nasa.
Varietas
|
|
Pupuk Organik Cair
|
|
Kontrol Sampah Buah Nasa
|
|
|
...............Kg...............
|
|
Sampeong
|
750.0 cB
|
756.7 bB
|
778.3 aA
|
Sriti
|
1365.7 bB
|
1375.3 bB
|
1428.6 aA
|
Vima-1
|
1368.7 bB
|
1491.3 aA
|
1491.7 aA
|
KK
|
3.39 %
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Angka
sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Jenis pupuk organik cair berinteraksi
dengan varietas hanya terjadi pada hasil biji kering per plot dan per hektar,
tetapi tidak berinteraksi pada semua komponen pertumbuhan dan komponen hasil
lainnya.
2.
Pupuk organik cair sampah buah dan pupuk
organik cair Nasa keduanya memberikan pengaruh yang sama baiknya terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang hijau.
3.
Varietas Sriti dan Vima-1 memiliki
kemampuan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dibandingkan varietas Sampeong.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan, untuk meningkatkan produksi kacang hijau yang di Kecamatan Sungai
Beremas Kabupaten Pasaman Barat, disarankan menggunakan varietas Vima-1 dan
menggunakan pupuk organik cair sampah buah atau Nasa.
\
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2005. POC NASA. Natural Nusantara. Indonesia.
Hakim, M., Joice
Wijaya dan Rija Sudirja. 2006. Mencari
Solusi Penanganan
Masalah Sampah Kota. Bandung:
kerjasama Fakultas Pertanian UNPAD
Dengan Direktorat Jendral
Holtikultura DEPTAN RI disamapaikan pada
Loka karya “Pengelolaan Sampah Kota
dalam Revitalisasi Pembangunan
Holtikultura di Indonesia”.
Husin, M. 2012.
Pengaruh Pupuk Organik Cair Nasa Terhadap
Nitrogen Bintil Akar dan Produksi Macroptilium
Atropurpureum. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala Darussalam. Banda Aceh Vol 12, Nomor 2. Hal 20-23.
Lingga, P.. 2003. Petunjuk PenggunaanPupuk. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Marliah, A,
Nurhayati, H, Mutia. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Nasa
dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah.
Jurnal Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala. Banda Aceh. Hal 95-99.
Nurahmi, Har, Mulyani. 2010. Pertumbuhan dan Hasil
Kubis Bunga Akibat
Pemberian Pupuk Organik Cair Nasa dan Zat Pengatur Tumbuh
Hormonik. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Banda
Aceh. Vol. 14 No. 1, 2010.
Scan W. 2012.Pengaruh Pemberian Trichoderma dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan HasilTanaman Kacang Hijau (Vignaradiata L.)Pada Tanah Alluvial di Polybag.
Syafruddin,
Nurhayati dan Wati, R. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh. Hal 107-114.
Supeno A danSujudi, 2002
Teknikpengujianadaptasigalurharapankacanghijau
dilahansawah. Bulletin TeknikPertanian vol. 9, Nomor
1, 2004.
Supriadi. 2013. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Organik
Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays sturt). Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Medan. Hal 29.