Senin, 18 Desember 2017

TEORI GUJARAT – Teori Kedatangan Islam di Indonesia




Gujarat merupakan wilayah yang kini berada di negara India. Daerah Gujarat di India diduga menjadi daerah asal Islam di Indonesia. Teori Gujarat menjelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad XIII Masehi dibawa pedagang dari Gujarat (India). Teori Gujarat pertama kali dicetuskan oleh J. Pijnapel, W.F. Sutterheim, dan Sucipto Wirjosuparto. Menurut J.Pijnapel, orang Arab bermazhab Syafi’i telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak abad VII Masehi. Penyebaran Islam di Indonesia tidak langsung dilakukan pedagang Arap, melainkan oleh pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam, kemudian berdagang di Indonesia.

Snouck Hurgronje menjelaskan Islam masuk ke Indonesia melalui kota-kota di anak benua India seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar karena Islam terlebih dahulu berkembang di kota tersebut. Dalam bukunya berjudul L’arabie et Les Indes Neerlandaises, Snouck menjelaskan bahwa teori Gujarat didasarkan pada peranan orang-orang gujarat yang telah membuka hubungan dagang dengan Indonesia sebelum pedagang Arab.

Menurut Sucipto Wiryosuparto, teori Gujarat didasarkan atas bukti berikut.
1.    Corak batu nisan Sultan Malik As-Saleh dan Maulana Malik Ibrahim memiliki kemiripan dengan corak nisan yang ada di Gujarat.
2.    Hubungan dagang penduduk Indonesia dengan India telah lama terjalin, melalui jalur perdagangan Indonesia – Cambay - Timur Tengah – Eropa

3.    teori gujarat juga didasarkan pada corak ajaran Islam yang cenderung memiliki warna tasawuf. Ajaran ini dipraktikan oleh orang muslim di India Selatan, mirip dengan ajaran Islam di Indonesia pada awal berkembangnya Islam.


Dalam perkembangannya, teori Gujarat dibantah oleh banyak ahli. Bukti-bukti yang lebih akurat seperti berita dari Arab, Persia, Turki, dan Indonesia memperkuat keterangan bahwa Islam masuk di Indonesia bukan dibawa pedagang Gujarat. Sejarawan Azyumardi Azra menjelaskan bahwa Gujarat dan kota-kota di anak benua India hanya tempat persianggahan bagi pedagang Arab sebelum melanjutkan perjalanan ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Selain itu
, pertama, masyarakat Samudra Pasai menganut mazhab Syafii, sementara masyarakat Gujarat lebih banyak menganut mazhab Hanafi. Kedua, saat islamisasi Samudra Pasai, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu.
PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL BEBERAPA VARIETAS  KACANG HIJAU(Phaseolus radiatus L.)

                  *)
PENDRA

*) Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang

ABSTRAK

Penelitian berjudul “Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)”, penelitian telah dilaksanakan pada lahan kering di Nagari Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas    Kabupaten Pasaman Barat yang dimulai pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang hijau, baik interaksinya maupun faktor tunggalnya. Perlakuan terdiri dari 2 faktor, yaitu varietas dan pupuk organik cair. Faktor pertama yaitu varietas dengan 3 taraf, yaitu Sampeong, Sriti dan Vima-1, Faktor kedua yaitu pupuk organik cair dengan 3 taraf, yaitu tanpa pemberian pupuk organik cair, pupuk organik cair sampah buah-buahan, dan pupuk organik cair merek Nasa, sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan. Selanjutnya kombinasi perlakuan ditempatkan pada Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 27 satuan percobaan berupa plot. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan uju DMRT pada taraf nyata 5%. Analisis data menggunakan soft ware statistik 8.   Dari hasil percobaan dapat disimpulkan, pupuk organik cair sampah buah dan pupuk organik cair Nasa keduanya memberikan pengaruh yang sama baiknya terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Untuk meningkatkan produksi kacang hijau dapat digunakan varietas Vima-1 atau Sriti menggunakan pupuk organik cair sampah buah atau Nasa.

Kata Kunci: Pupuk Organik Cair, Varietas Kacang Hijau


PENDAHULUAN
            Kacang hijau merupakan salah satu komoditi pangan yang penting  menempati urutan ketiga, setelah kedelai dan kacang tanah. Penggunaan kacang hijau sangat beragam, dari olahan sederhana hingga bahan industri. Produk terbesar hasil olahan kacang hijau di pasar berupa makanan bayi, industri minuman, kue, bahan campuran soun dan tepung hunkue.kacang hijau memiliki kandungan karbohidrat 62,90 g, protein 22,00 g, lemak 1,20 g, juga mengandung Vitamin A 157, Vitamin B1 0,64 g, Vitamin C 6,00 g dan mineral Ca, P, Fe serta mengandung 345 kalori (Scan, 2012).
Kebutuhan kacang hijau mengalami peningkatan dengan kebutuhan  330.000 ton setiap tahun, hal ini disebabkan produksi yang dicapai tidak diikuti peningkatan luas panen, sehingga kekurangan kebutuhan tersebut dipenuhi dengan cara mengimpor dari beberapa penghasil kacang hijau, seperti India, Filipina dan Thailand. Impor kacang hijau dari tahun 2002 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 16,53%, sedangkan produksi kacang hijau mengalami peningkatan hanya 1,11% (Supeno dan Sujudi, 2002).
                        Kacang hijau masih tergolong rendah produktivitasnya yaitu 11,65 ku/ha. Produktivitas yang rendah dan areal yang semakin berkurang dibutuhkan upaya baik melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dapat dilakukan dengan perbaikan varietas unggul dan pemupukan dan ekstensifikasi dilakukan melalui perluasan areal tanam. Kacang hijau dikembangkan pada lahan marginal yang memiliki kesuburan rendah yang membutuhkan perbaikan diantaranya pemberian pupuk.Pemberian pupuk diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Salah satu pupuk  yang dapat digunakan dalam memperbaiki kesuburan tanah adalah pupuk organik cair.
Pupuk organik cair dapat dibuat dari bebagai sisa buah-buahan dan tanaman. Buah-buahan atau sisa tanaman lain yang terdapat disekitar lingkungan yang selama ini masih sering dianggap sampah, merupakan sumber hara yang potensial bagi tanaman dan juga berfungsi dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan mengolahnya menjadi pupuk organik cair (Hakim, Wijaya, Sudirja, 2006).
Pupuk organik cair yang berasal dari sampah buah-buahan memiliki kandungan unsur makro yang meliputi N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan unsur hara mikro meliputi Fe, Mn, Cu, dan Zn, sehingga baik untuk digunakan sebagai unsur hara bagi tanaman, dan dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah (Hardjowigeno, 2003).
Selain pupuk organik asal sampah buah-buahan, banyak diperdagangkan  pupuk organik cair yang siap diaplikasikan ke tanaman, salah satunya adalah Nasa. Pupuk organik cair Nasa adalah salah satu jenis pupuk yang bisa diberikan ke daun dan tanah, mengandung unsur hara makro, mikro, vitamin, mineral, asam-asam organik, dan zat pengatur tumbuh Auksin, Giberilin, dan sitokinin.Kandungan unsur hara pupuk organik cair NASA adalah N 0,12%, P2O5 0,03%, K 0,31%, Ca 60,4 ppm, Mn 2,46 ppm, Fe 12,89 ppm, Cu 0,03 ppm, sehingga berpeluang untuk digunakan sebagai unsur hara bagi tanaman yang mampu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Anonim, 2005).
Berdasarkan uraian diatas telah dilakukan percobaan yang berjudul Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) ”.
Percobaan bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh beberapa jenis pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang hijau, untuk mendapatkan jenis pupuk organik cair terbaik bagi pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang hijau dan untuk mendapatkan varietas kacang hijau terbaik yang mampu memberikan pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang hijau.
BAHAN DAN METODE
Percobaan dilaksanakan pada lahan kering di Kenagarian Air Bangis, Kecamatan  Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat. Percobaan  dilaksanakan dari bulan Juli sampai Oktober2013.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan  adalah benih kacang hijau varietas Sampeong, varietas Sriti,  dan varietas Vima-1 berasal dari BPTP Sukarami (Deskripsi pada Lampiran 2), pupuk organik cair (pupuk organik cair sampah buah, dan pupuk organik cair Nasa), Urea, SP36, dan KCl, Decis 2,5 EC, Benlate, dan Air. Peralatan  yang digunakan adalah cangkul, sabit, sprayer, meteran, alat tulis, tali rafia, tugal, alat hitung, timbangan, ajir, dan label pengamatan.
Percobaan menggunakan percobaan lapangan dengan Rancangan Acak Kelompok  (RAK) secara faktorial. Faktor pertama adalah varietas  kacang hijau (K) yang terdiri dari K1= Varietas Sampeong, K2 = Varietas Sriti, dan K3 = Varietas Vima-1. Faktor kedua adalah pupuk organik cair  (C) yang terdiri dari C1=  kontrol, C2= Pupuk organik cair sampah buah, dan C3=  Pupuk organik cair Nasa. Dari dua faktor diatas didapat kombinasi 3x3 = 9 dan diulang tiga kali (3) sehingga didapat 27 plot percobaan, setiap plot percobaan terdapat 24 tanaman dan dari setiap plot terdapat 4 tanaman sampel. Penempatan plot percobaan disajikan pada Lampiran 4.
Data pengamatan ratakan dan  dianalisis secara statistika dengan uji F, jika F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel pada taraf 5% dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% yang disajikan dalam bentuk tabel.
Pelaksanaan Percobaan
Lahan yang  digunakan sebagai lahan percobaan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang ada. Pembersihan lahan dilakukan secara manual, dengan menggunakan cangkul dan parang. Selanjutnya pengolahan tanah yaitu menggemburkan dan meratakan tanah dengan cangkul. Selanjutnya dibuat Plot ukuran 180 cm x 160 cm sebanyak 27 plot dengan jarak dalam kelompok 30 cm dan antar kelompok 50 cm. Pembuatan pupuk organik cair dicampur dengan sampah buah-buahan.
Pupuk dasar diberikan bersamaan pada waktu tanam setengah dari dosis rekomendasi yaitu Urea 50 kg/ha atau setara dengan 10g/plot, SP36 50kg/ha atau setara dengan 10 g/plot, dan KCl 50kg/ha atau setara dengan 10g/plot. Pupuk diberikan dengan cara ditabur secara merata pada setiap plot.
Benih yang  ditanam terlebih dahulu direndam selama 3 jam. Benih ditanam secara ditugal sedalam 2 cm dengan 2 benih per lubang dengan jarak tanam 40 x 30 cm.
Label dipasang pada setiap plot sesuai perlakuan sebelum pemberian perlakuan, dan ajir  dipasang setelah tanam disamping tanaman sampel yang berguna sebagai dasar pengukuran tinggi tanaman. Tinggi ajir disisi tanaman sampel adalah 10 cm dari permukaan tanah.
Penyemprotan dilakukan pada pagi hari. Pupuk organik cair diberikan 1 minggu  setelah tanam dengan cara disemprot ke seluruh batang dan daun sampai basah dengan dosis 10 cc/l/plot. Pupuk organik cair diberikan dengan interval waktu 1 minggu sampai tanaman berumur 8 minggu.
Pemeliharaan dilakukan meliputi penyiraman, penyisipan, penjarangan,  penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit.  Penyiraman tanaman dilakukan 2 kali seminggu yang bertujuan untuk menyediakan air bagi tanaman yang berguna untuk proses pertumbuhan dan penyerapan hara berjalan dengan baik. Penyisipan dilakukan apabila benih yang ditanam ada yang tidak tumbuh. Sedangkan waktu penyisipan dilakukan 1 minggu setelah penanaman. Penjarangan dilakukan dua minggu setelah tanam, untuk kacang hijau dengan cara meninggalkan satu tanaman yang relatif baik melalui populasi yang ada. Penyiangan dilakukan 1 kali seminggu, tergantung kondisi gulma yang ada di area tanaman. Penyiangan dilakukan secara manual menggunakan parang. Pengendalian serangan hama dan penyakit yaitu dengan menyemprotkan insektisida Decis dengan dosis 1,5 ml per liter air dan fungisida Benlate dengan dosis 0,4 g per liter air secara merata.
Panen dilakukan dengan kriteria masak 90% pada setiap plot yaitu daun tanaman menguning dan rontok, polong berwarna kuning sampai cokelat dan apabila di tekan sudah keras, batang telah menguning dan berwarna kecoklatan. Panen dilakukan secara manual pada seluruh tanaman. Panen dilakukan secara bertahap sesuai polong yang matang.
Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah bintil akar efektif, saat muncul bunga pertama, jumlah polong per tanaman, jumlah polong bernas pertanaman, bobot 1000 biji kering, bobot biji kering per tanaman, bobot biji kering per plot/hektar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
            Tabel 1 menunjukkan bahwa,  pemberian pupuk organik cair terhadap varietas kacang hijau berpengaruh nyata  terhadap tinggi tanaman. Pemberian pupuk organik cair Nasa  menghasilkan tinggi tanaman yang tertinggi yaitu 35,67 cm, lebih tinggi dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buah-buahan dan kontrol masing-masingnya adalah 34,90 cm dan 32,75 cm. Hal ini disebabkan dalam pupuk organik cair Nasa, mengandung hara N, P dan K yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang bagi tanaman, sehingga pemberian pupuk dapat meningkat pertumbuhan tanaman.  Syafruddin, Nurhayati, dan Wati(2012), menyatakan bahwa,  untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman membutuhkan hara N, P dan K yang merupakan unsur hara esensial di mana unsur hara ini sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman secara umum pada fase vegetatif.
            Varietas yang berbeda juga menghasilkan tinggi tanaman yang berbeda, varietas Sampeong yaitu 37.78 cm, lebih tinggi dari yang dihasilkan varietas Sriti dan Vima-1, yaitu dengan masing-masing 31.98 cm dan 33.56 cm. Hal ini diduga oleh faktor genetik  masing-masing varietas itu sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Lingga (2003), bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan kondisi lingkungan tumbuh tanaman.
Tabel 1. Tinggi tanaman kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair sampah buah-buahan dan pupuk organik Nasa pada umur 9 MST.

Varietas

Pupuk Organik Cair


Rata-Rata
    Kontrol              Sampah Buah                Nasa


..............cm..............


Sampeong
35.82
38.13
39.40
37.78a
Sriti           
30.71
32.28
32.96
31.98c
Vima-1     
31.74
34.30
34.65
33.56b
Rata-Rata
32.75 C
34.90 B
35.67 A

KK
1.36 %



Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf  5%.
Jumlah Cabang Primer
Tabel 2. Jumlah cabang primer kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair sampah buah
              buahan dan pupuk organik Nasa.

Varietas

Pupuk Organik Cair


Rata-Rata
    Kontrol            Sampah Buah                  Nasa


............buah.............


Sampeong
7.00
7.83
8.17
7.66 a
Sriti           
6.42
6.75
6.92
6.69 b
Vima-1     
6.33
6.92
7.25
6.83 b
Rata-Rata
6.58 C
7.16 B
7.44 A

KK
2.72 %



Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama  berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
            Tabel 2 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair terhadap varietas kacang hijau berpengaruh nyata  terhadap jumlah cabang primer. Pemberian pupuk organik cair Nasa menghasilkan jumlah cabang primer terbanyak  yaitu 7,44 cabang primer,  lebih banyak dari hasil  pemberian pupuk organik cair sampah buah yaitu 7,16  cabang primer dan dari hasil   kontrol yaitu 6,58 cabang primer. Hal ini disebabkan pupuk organik cair Nasa mampu menyediakan ketersedian unsur hara yang cukup bagi tanaman. Syafruddin, Nurhayati, dn Wati (2012),  menyatakan bahwa,  ketersediaan hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi proses metabolisme pada jaringan tanaman. Proses metabolisme merupakan pembentukan dan perombakan unsur hara dan senyawa organik dalam tanaman. Kekurangan unsur hara tertentu dalam tanaman dapat berakibat buruk dan bila terlalu berlebihan dapat merusak pertumbuhan tanaman.
            Varietas yang berbeda  menghasilkan jumlah cabang primer yang berbeda, varietas Sampeong yaitu 7,66 buah cabang primer, lebih banyak dari yang dihasilkan varietas Sriti dan Vima-1 yaitu dengan masing-masing 6,69 dan 6,83 cabang primer.
Jumlah Bintil Akar Efektif
            Tabel 3 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair terhadap varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar efektif. Pemberian pupuk organik cair Nasa menghasilkan bintil akar efektif terbanyak dengan rata-rata 7,94 bintil akar efektif, lebih banyak dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buah dan  kontrol yaitu dengan rata-rata 7,66 dan 7,16 bintil akar efektif.Husin (2012), menyatakan bahwa, pupuk organik cair Nasa dapat merespon pertumbuhan akar, pertumbuhan bakteri dalam tanah dan dapat mengaktifkan gerakan rhizobium menuju akar untuk membentuk bintil akar dan fiksasi nitrogen.
     Bintil akar efektif yang dihasilkan beberapa varietas relatif sama, bintil akar efektif yang dihasilkan varietas Sampeong yaitu 7,83 bintil akar efektif, sama dengan varietas Sriti dan Vima-1 yaitu 7,41 dan 7,55 bintil akar efektif. Hal ini diduga karena faktor genetik dan lingkungan.
Tabel 3. Jumlah bintil akar efektif   kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair sampah
              buah-buahan dan pupuk organik Nasa.

Varietas

Pupuk Organik Cair


Rata-Rata
     Kontrol             Sampah Buah               Nasa


.............Buah.............


Sampeong
7.25
8.08
8.17
7.83
Sriti           
7.17
7.33
7.75
7.41
Vima-1      
7.17
7.58
7.92
7.55
Rata-Rata
7.19 B
7.66 A
7.94 A

KK
4.69 %



Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf  5%.





Saat Muncul Bunga Pertama
Tabel 4. Saat muncul bunga pertama kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair sampah
              buah-buahan dan pupuk organik Nasa.        

Varietas

Pupuk Organik Cair


Rata-Rata
    Kontrol              Sampah Buah           Nasa


.............HST............


Sampeong
37.67
36.00
35.33
36.33
Sriti           
37.33
36.33
35.33
36.33
Vima-1      
36.33
35.67
35.67
35.89
Rata-Rata
37.11 C
36.00 B
35.44 A

KK
1.68 %



Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%
            Tabel 4 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair terhadap  varietas kacang hijau berpengaruhnyata terhadap saat munculnya bunga pertama.  Pemberian pupuk organik cair mampu memacu kemunculan bunga pertama. Pemberian pupuk organik cair Nasa menghasilkan kemunculan bunga tercepat yaitu 35,44 hari setelah tanam, lebih cepat dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buah yaitu 36,00 hari setelah tanam dan dari hasil kontrol yaitu 37.11 hari setelah tanam.Hal ini disebabkan pemberian pupuk organik cair Nasa dapat memacu pertumbuhan tanaman. Supriadi (2013), menyatakan bahwa, unsur hara yang terkandung pada pupuk organik  cair nasa mampu memacu pertumbuhan tanaman, diantaranya merangsang pembungaan dan pembuahan serta mengurangi kerontokan bunga dan buah.
            Saat munculnya bunga pertama beberapa varietas relatif sama, Saat munculnya bunga pertama yang dihasilkan varietas Vima-1  yaitu  35,89 hari setelah tanam, sama dengan varietas Sriti dan Sampeong  yaitu 36,33 dan 36,33 hari setelah tanam. Hal ini diduga oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Proses terbentuknya bunga sangat didukung oleh faktor lingkungan dan sifat genetik tanaman itu sendiri. Seperti yang dijelaskan  Garner, Pearce dan Mitchell (1991)  cit Bertua, Rianto dan Ardiyaningsih (2012), bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi umur berbunga pada tanaman, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah suhu, cahaya dan ketersediaan hara, sedangkan secara internal dipengaruhi leh faktor genetik.






Jumlah Polong Per Tanaman
Tabel 5. Jumlah polong per tanaman kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair sampah
              buah-buahan dan pupuk organik Nasa.

Varietas

Pupuk Organik Cair


Rata-Rata
     Kontrol              Sampah Buah        Nasa


............Buah............


Sampeong
26.92
27.17
28.17
27.42 a
Sriti           
23.75
25.08
24.92
24.58 c
Vima-1      
25.00
25.92
26.25
25.72 b
Rata-Rata
25.22 B
26.05 A
26.44 A

KK
2.28 %



Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf  5%
            Tabel 5 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair terhadap varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Pemberian pupuk organik cair nasa mampu meningkatkan jumlah polong per tanaman. Pemberian pupuk organik cair Nasa menghasilkan  jumlah polong per tanaman terbanyak yaitu 26,44 buah polong, lebih banyak dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buah-buahan dan kontrol yaitu 26,05 dan 25,22 polong per tanaman.Hal ini disebabkan pupuk organik cair Nasa mampu menyediakan ketersedian unsur hara yang cukup bagi tanaman. Supriadi (2013), menyatakan bahwa, unsur hara yang terkandung pada pupuk organik  cair Nasa mampu memacu pertumbuhan tanaman, diantaranya merangsang pembungaan dan pembuahan serta mengurangi kerontokan bunga dan buah.
            Masing-masing varietas kacang hijau menghasilkan jumlah polong per tanaman yang berbeda. Jumlah polong per tanaman yang dihasilkan varietas Sampeong yaitu 27,42 polong per tanaman, lebih banyak dari yang dihasilkan varietas Sriti dan Vima-1 yaitu24,58 dan 25,72 polong per tanaman
Jumlah Polong Bernas Per Tanaman
     Tabel 6 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair terhadap varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap jumlah polong  bernas per tanaman. Pemberian pupuk organik cair mampu meningkatkan jumlah polong bernas. Pemberian pupuk organik cair Nasa menghasilkan jumlah polong bernas terbanyak  yaitu 22,55 polong bernas per tanaman, lebih banyak dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buahdan kontrol yaitu 22,28 dan 20,66 polong bernas per tanaman. Hal ini disebabkan pupuk organik cair Nasa mampu menyediakan ketersedian unsur hara yang cukup bagi tanaman. Supriadi  (2013), menyatakan bahwa,  tanaman akan tumbuh baik jika unsur hara yang dibutuhkan berada dalam keadaan cukup dan seimbang, dan tanaman akan tumbuh dengan subur bila semua unsur hara yang diperlukan tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang siap diabsorbsi oleh tanaman.
                Jumlah polong bernas per tanaman beberapa varietas kacang hijau relatif sama, Jumlah polong bernas per tanaman yang dihasilkan varietas Sampeong yaitu 22,86 buah polong bernas per tanaman, lebih banyak yang dihasilkan varietas Sriti dan Vima-1 yaitu 21,08 dan 21,55 buah polong bernas per tanaman.
Tabel 6. Jumlah polong bernas per tanaman kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair
              sampah buah-buahan dan pupuk organik Nasa

Varietas

Pupuk Organik Cair


Rata-Rata
 Kontrol             Sampah Buah            Nasa


............buah...........


Sampeong
21.83
23.17
23.58
22.86
Sriti           
19.75
21.50
22.00
21.08
Vima-1      
20.42
22.17
22.08
21.55
Rata-Rata
20.66 B
22.28 A
22.55 A

KK
2.39 %



Angka sebaris diikuti huruf besar  sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama  berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%
Bobot 1000 Biji Kering
Tabel 7 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair terhadap varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 biji kering. Pemberian pupuk organik cair mampu meningkatkan bobot 1000 biji kering. Pemberian pupuk organik cair Nasa menghasilkan bobot biji kering tertinggi yaitu 50,06 g, lebih tinggi dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buah dan kontrol masing-masingnya yaitu 49,19 dan 49,13 g. Hal ini dikarenakan pupuk organik cair Nasa mengandung unsur hara makro dan mikro.  Marliah, Nurhayati, dan Mutia (2010), menyatakan bahwa, pupuk organik cair Nasa merupakan salah satu pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang berperan penting dalam merangsang pertumbuhan, meningkatkan bobot buah serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
            Masing-masing varietas kacang hijau menghasilkan bobot 1000 biji kering yang berbeda. Bobot kering 1000 biji yang dihasilkan varietas Vima-1 dan Sriti (61,26 dan 61,08 g), lebih tinggi dari yang dihasilkan varietas Sampeong yaitu 26,04 g. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik masing-masing varietas. Varietas Vima-1 dan Sriti memiliki ukuran biji yang lebih besar dari ukuran biji varietas Sampeong. Dapat dilihat dari Deskripsi masing-masing varietas yaitu pada perbedaan 1000 biji kering.
Tabel 7. bobot kering 1000 biji  biji kacang hijau dengan pemberian pupuk organik    cair
              sampah buah-buahan dan pupuk organik Nasa.

Varietas

Pupuk Organik Cair


Rata-Rata
    Kontrol               Sampah Buah          Nasa


...............g...............


Sampeong
25.73
25.60
26.80
26.04 b
Sriti           
60.73
60.87
61.63
61.08 a
Vima-1      
60.93
61.10
61.73
61.26 a
Rata-Rata
49.13 B
49.19 AB
50.06 A

KK
1.40 %



Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf5%.
Bobot Biji Kering Per Tanaman
Tabel 8. Bobot biji kering per tanaman  beberapa kacang hijau dengan pemberian  pupuk organik
              cair sampah buah-buahan dan  pupuk organik Nasa.

Varietas

Pupuk Organik Cair


Rata-Rata
      KontrolSampah Buah Nasa


................g..............


Sampeong
8.00
8.33
 8.33
8.22 b
Sriti           
16.67
17.00
17.33
17.00 a
Vima-1      
17.00
17.33
18.00
17.26 a
Rata-Rata
13.89 B
14.22 A
14.55 A

KK
3.10 %



Angka sebaris diikuti huruf besar  sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%

     Tabel 8 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair terhadap varietas kacang hijau,berpengaruh nyata terhadap bobot biji kering per tanamanPemberian pupuk organik cair mampu meningkatkan bobot biji per tanaman. Pemberian pupuk organik cair Nasa menghasilkan bobot biji per tanaman tertinggi yaitu  14,55 g, lebih tinggi dari hasil pemberian pupuk organik cair sampah buah dan  kontol yaitu 13,89 g 14,22 g. Marliah, Nurhayati, dan Mutia (2010), menyatakan bahwa, pupuk organik cair Nasa merupakan pupuk organik cair yang mengandung unsur hara makro dan mikro yag berperan penting dalam merangsang pertumbuhan, meningkatkan bobot buah serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.           
            Masing-masing varietas kacang hijau menghasilkan bobot biji per tanaman yang berbeda. Bobot biji kering per tanaman yang dihasilkan varietas Vima-1 dan Sriti  (17,26 dan 17,00 g), lebih tinggi dari yang dihasilkan varietas Sampeong yaitu 8.22 g. Hal ini disebabkan perbedaan ukuran biji masing-masing varietas. Varietas Vima-1 dan Sriti memiliki ukuran biji yang lebih besar dari biji yang dimiliki varietas Sampeng. Dapat dilihat dari deskripsi masing-masing varietas yaitu pada perbedaan bobot 1000 biji kering.
Bobot Biji Kering Per Plot
Tabel 9. Bobot biji kering per plot  kacang hijau dengan pemberian pupuk organik
              cair sampah buah-buahan dan pupuk organik Nasa.                     

Varietas

Pupuk Organik Cair

        Kontrol               Sampah Buah                    Nasa


..............g.............

Sampeong
216.10 cB
218.03 cB
224.00 aA
Sriti           
393.53 bB
394.33 bB
429.67 aA
411.60 aA
429.80 aA
Vima-1      
396.00 bB
KK
3.40 %


Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf  5%.
Tabel 9 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair terhadap varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap bobot biji kering per plot. Pemberian pupuk organik cair mampu meningkatkan bobot biji kering per plot. Pemberian pupuk organik cair Nasa  dan sampah buah pada varietas Vima-1 menghasilkan bobot biji kering per plot tertinggi yaitu 429,80 g dan 429,67 g, lebih tinggi dari hasil kontrol pada varietas Sampeong menghasilkan bobot biji kering per plot terendah yaitu 216.10 g. Hal ini disebabkan pupuk organik cair Nasa dan sampah buah mengandung semua jenis hara makro dan mikro yang lengkap bagi tanaman. Nurahmi, Har, Muliyani (2010) menyatakan bahwa,  pupuk organik cair Nasa dan sampah buah mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman serta berperan penting dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman.



Bobot Biji Kering Per Hektar
Tabel 10 menunjukkan bahwa, pemberian pupuk organik cair terhadap  varietas kacang hijau, berpengaruh nyata terhadap bobot biji kering per hektar. Pemberian pupuk organik cair mampu meningkatkan bobot biji kering per hektar. Pemberian pupuk organik cair Nasa pada dan sampah buah pada varietas Vima-1  menghasilkan bobot biji kering per hektar tertinggi yaitu 1491,7 kg dan 1491,3 kg, lebih tinggi dari hasil kontrol pada varietas Sampeong menghasilkan bobot biji kering per hektar terendah yaitu 750,0 kg. Hal ini dikarenakan pupuk organik cair nasa dan sampah buah mengandung semua jenis hara makro dan mikro yang lengkap bagi tanaman. Nurahmi, Har, Mulyani (2010) menyatakan bahwa,  pupuk organik cair Nasa dan sampah buah mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman serta berperan penting dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
Tabel 10. Bobot biji kering per hektar kacang hijau dengan pemberian pupuk organik cair
                sampah buah-buahan dan pupuk organik Nasa.     

Varietas

Pupuk Organik Cair

         Kontrol                   Sampah Buah                   Nasa


...............Kg...............

Sampeong
750.0 cB
756.7 bB
778.3 aA
Sriti           
1365.7 bB
1375.3 bB
1428.6 aA
Vima-1      
1368.7 bB
1491.3 aA
1491.7 aA
KK
3.39 %


Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka selajur dengan huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%










KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Jenis pupuk organik cair berinteraksi dengan varietas hanya terjadi pada hasil biji kering per plot dan per hektar, tetapi tidak berinteraksi pada semua komponen pertumbuhan dan komponen hasil lainnya.
2.      Pupuk organik cair sampah buah dan pupuk organik cair Nasa keduanya memberikan pengaruh yang sama baiknya terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau.
3.      Varietas Sriti dan Vima-1 memiliki kemampuan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dibandingkan varietas Sampeong.
Saran                                                                   
Berdasarkan kesimpulan, untuk meningkatkan produksi kacang hijau yang di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat, disarankan menggunakan varietas Vima-1 dan menggunakan pupuk organik cair sampah buah atau Nasa.













\
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. POC NASA.  Natural Nusantara. Indonesia.

Hakim, M., Joice Wijaya dan Rija Sudirja. 2006. Mencari Solusi Penanganan
          Masalah  Sampah Kota. Bandung: kerjasama Fakultas Pertanian UNPAD
          Dengan Direktorat Jendral Holtikultura DEPTAN RI disamapaikan pada
          Loka karya “Pengelolaan Sampah Kota dalam Revitalisasi Pembangunan
          Holtikultura di Indonesia”.

Husin, M. 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair Nasa Terhadap  Nitrogen Bintil Akar dan Produksi Macroptilium Atropurpureum. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh Vol 12, Nomor 2. Hal 20-23.

Lingga, P.. 2003. Petunjuk PenggunaanPupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marliah, A, Nurhayati, H, Mutia. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Nasa dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah. Jurnal Fakultas Pertanian  Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Hal 95-99.

Nurahmi, Har, Mulyani. 2010. Pertumbuhan dan Hasil Kubis Bunga Akibat
             Pemberian Pupuk Organik Cair Nasa dan Zat Pengatur Tumbuh
             Hormonik. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Banda
            Aceh. Vol. 14 No. 1, 2010.

Scan W. 2012.Pengaruh Pemberian Trichoderma dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan HasilTanaman Kacang Hijau (Vignaradiata L.)Pada Tanah Alluvial di Polybag.

Syafruddin, Nurhayati dan Wati, R. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh. Hal 107-114.

Supeno A danSujudi, 2002 Teknikpengujianadaptasigalurharapankacanghijau
          dilahansawah. Bulletin TeknikPertanian vol. 9, Nomor 1, 2004.

Supriadi. 2013. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays sturt). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan. Hal 29.

 



TEORI GUJARAT – Teori Kedatangan Islam di Indonesia Gujarat  merupakan wilayah yang kini berada di negara India. Daerah Gujarat d...